Breaking News

Perayaan Hari Raya Idul Adha 1444 Hijriyah/2023 Masehi di Istana Raja Bone/Balla Lompoa Jongaya Makassar Berjalan Nyaman dan Khusyu.

 




Makassar, Radar Jakarta News.com.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, La Ilaha Illa Allah Wa Allahu Akbar, Allahu Akbar Wa Lillahil - hamd.


Hari Raya Idul Adha disebut juga Hari Raya Kurban. 

Idul atau Id diambil dari kata  yaudu yang artinya kembali. Sedangkan, adha adalah bentuk jamak dari adhat yang berasal dari kata udhiyah yang artinya kurban. Sehingga Idul Adha dapat diartikan sebagai kembali berkurban atau Hari Raya Penyembelian Hewan Kurban.

Sehubungan dengan hal tersebut, sejumlah titik tempat berlangsungnya perayaan shalat id 10 Dzulhijjah 1444 Hijriyah/2023 Masehi disambut suka cita oleh kaum muslim di seantero Kota Daeng ini.

Ada yang melaksanakan di masjid, lapangan, bahkan menempati ruas jalan.

Seperti di halaman Istana Raja Bone/Balla Lompoa, Jl. Kumala No.160, Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel) jamaah Id melaksanakan  hingga ruas Jalan.

Dari pantauan Radar Jakarta News.com, ratusan jamaah tumpah ruah merayakan penuh suka cita.

Mereka tenang dan khusyu melaksanakan ibadah shalat dan mendengarkan ceramah khotbah sampai akhir.

Bertindak selaku imam adalah Muhammad Risal. Sementara khatib, Assc. Prof. Dr. H. Arifuddin Siraj, M. Pd.

Dalam ceramah khotbahnya, Dosen pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar tersebut meminta kepada jamaah sembari bersila dan duduk tafakur pada hari Idul Adha ini.

"Izinkan saya selaku khatib mengajak kita semua untuk bersama - sama mendekatkan diri, menyatukan nurani kita dengan zat yang melindungi dan senantiasa membimbing hidup kita, yakni Allah SWT," katanya.

Dikatakan, upaya mendekatkan diri dan menyatukan nurani ini adalah merupakan keharusan bagi kita selaku hamba-Nya. 

"Selain berbagi ikhtiar untuk konsisten dengan ketakwaan yang selama ini kita bangun, juga merupakan wujud dari kesyukuran kita atas segala nikmat, berkah, dan maunah (pertolongan) yang Allah senantiasa berikan kepada kita setiap saat," tambahnya.

Semangat Idul Adha yang sangat penting, katanya, dikedepankan dalam situasi kehidupan kita dewasa ini adalah "pemeliharaan persaudaraan (hifdzul ukhuwah)."

"Pribadi yang mulia adalah manusia yang memiliki sikap toleran, membangun kebersamaan sebagai umat Islam dan sebagai bangsa, kendati mazhab, agama atau pandangan politik kita berbeda," katanya.

Sayangnya, kata dia, betapa banyak di antara kita yang mengaku sebagai orang Islam tetapi tidak menghayati arti penting dari ibadah kurban itu, yang di dalamnya mengandung ajaran cinta kasih.

"Sehingga kegiatan ibadah seakan - akan hanya menjadi ritual hampa, seperti tidak ada kaitannya dengan perbaikan prilakunya untuk menjadi pribadi yang mulia," jelasnya.

Justru sebaliknya, katanya, yang sangat merisaukan kita dewasa ini adalah munculnya patologi atau penyakit sosial.

"Antara lain, tatanan hidup yang semakin morat - marit, semakin kacau dan sulit ditembus oleh nurani dan akal sehat," katanya.

Bangsa ini, lanjutnya, semakin tidak mampu menunjukkan jati diri, selalu saja tertinggal dalam kompetisi peradaban.

"Aspek politik kita merosot ke titik nadir yang terendah. Kehidupan sosial kita sarat konflik. Pandangan moral kita tidak jelas mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang halal dan mana yang haram," katanya.

Harga diri kita, kata Arifuddin, selalu cenderung menurun, seperti bangsa yang tidak layak merdeka.

"Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah. Kebobrokan moral tampaknya selalu merupakan bagian tak terpisahkan dari persoalan bangsa kita. Salah satu faktornya adalah kebijakan penguasa yang tidak berpihak kepada rakyat kecil, rakyat yang miskin," katanya.

Sehingga mereka kehilangan akal sehat, tambahnya, mengabaikan kata hati nurani, kemudian melakukan tindakan - tindakan yang tidak terpuji, merampas hak orang lain dengan cara mencuri, merampok, membunuh, melakukan pengrusakan lingkungan, melakukan terror, anarkis dan tindakan kriminal lainnya.

"Keadaan seperti ini sungguh sangat mencemaskan," katanya.

Jama'ah Ied Rahimakumullah, lanjutnya, inti persaudaraan adalah kasih sayang atau saling mengasihi, sebagaimana Hadis Rasulullah SAW yang artinya,"Tidaklah beriman seseorang di antara kamu kecuali mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri."

"Apapun profesi, jabatan, dan status kita haruslah terbingkai dalam persaudaraan," pintanya.

Perlu diingat, kata dia, bahwa kehidupan ini akan terus dan tetap berlanjut.

"Berbagai persoalan yang kita hadapi tidak bisa menghentikan jalannya roda kehidupan ini," katanya.

Namun, lanjutnya, apapun alasannya dan atas nama siapa saja, setiap orang tentu tidak dibenarkan berbuat aniayah dan dzalim terhadap sesama saudaranya.

"Mari kita buat kehidupan ini menjadi nyaman, tentram, damai, saling menolong, bahu membahu. Rebba sipatokkong, malii siparappe, mabbulo sibatang, dan saling mengasihi, dan bukan sebaliknya," pintanya.

Dalam situasi yang serba sulit dewasa ini, kata dia, kesulitan ekonomi karena kenaikan harga; BBM, tarif listrik, kenaikan pajak, kenaikan harga kebutuhan pokok masyarakat yang tidak dapat dikendalikan oleh pemerintah.

"Peraturan - peraturan yang mempersulit rakyat, sehingga menambah jumlah orang miskin dan penganggur yang berdampak pada maraknya kerawanan sosial," ujarnya.

Cuma satu, katanya, yang dapat diturunkan oleh pemerintah yaitu suara salawat dan azan di masjid - masjid.

"Kehidupan politik kita gaduh. Kehidupan sosial yang carut - marut karena maraknya kejahatan dan tindakan kriminal dari orang - orang yang dikendalikan oleh hawa nafsunya," kata Doktor murah senyum ini.

Insya Allah, lanjutnya, dengan kedekatan kita kepada Allah, mudah - mudahan semua kesulitan tersebut kita bisa lalui dengan selamat, tentu selama kita selalu bersabar dan bersama dengan Allah SWT.

"Kita harus berjuang melindungi diri, keluarga, dan bangsa kita. Memperkokoh tali persaudaraan, terus menerus membina persatuan dan kesatuan dalam berbangsa dan bernegara," tandasnya.

Kita harus mewaspadai, kata Arifuddin, melawan pihak - pihak yang berupaya memecah belah umat dan menginginkan bangsa ini hancur.

"Mari berkomitmen dan istiqamah menjadikan momentum Idul Adha ini sebagai sarana kita dalam menegakkan moral dan syariat Islam untuk menyelamatkan kehidupan bangsa dan negara kita tercinta ini," pintanya.

Marilah setelah melaksanakan shalat Ied ini, katanya, kita melaksanakan ibadah qurban dengan menyembeli hewan qurban sebagai wujud kecintaan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT.

"Kita sinari jalan hidup kita dengan memperbanyak amal kebajikan," katanya. Mudah - mudahan Allah SWT, lanjutnya, senantiasa memberi petunjuk dan perlindungan kepada kita, menerima segala ibadah dan amal saleh kita, dan mengampuni semua kesalahan dan kehilafan kita, amin YRA.

"Akhirnya, saya mengucapkan selamat Idul Adha, semoga kita semua termasuk orang - orang yang meraih kemenangan dan kemuliaan. Mohon maaf lahir dan batin," pungkasnya.

Untuk diketahui, adapun pelaksanaan shalat Idul Adha 1444 H/2023 M di halaman Istana Raja Bone/Balla Lompoa, dihadiri mantan Pangdam XIV/Hasanuddin, Mayjen TNI (purn) Andi Muhammad Bau Sawa Mappanyukki, S.H., M.H, yang merupakan cucu Raja Bone ke-32 sekaligus Pahlawan Nasional Andi Mappanyukki. Hadir pula saudara dan kerabat beliau.

Sejumlah pengurus dan jamaah masjid Babul Firdaus Jongaya 'tenggelam dan lebur' dalam bahana takbir, tasbih, tahmid, dan tahlil menggema di perayaan Id tersebut.


Reporter: Andi Razak BW/redaksi.

Tidak ada komentar