Pendidikan Sepanjang Hayat (Pengertian, Konsep, Sasaran, dan Program) (Part 3) Oleh : AY Rizal, S.Pd., Pamong Belajar Ahli Madya
SIAK, RADARJAKARTA.NET—
Dari gagasan-gagasan baik melalui pendekatan keagamaan maupun yang bersifat umum, dapat dipahami bahwa hakikatnya belajar itu tiada hentinya, terutama bagi orang dewasa dan orang tua agar mereka dapat mengikuti perkembangan zaman serta penemuan-penemuan baru di bidang pengetahuan dan teknologi. Pertanyaan ialah bagaimana memberikan kesadaran kepada mereka tentang pentingnya Pendidikan Sepanjang Hayat. Untuk memecahkan persoalan ini, antara lain Arden N Frandsen seperti dikutip oleh Sumadi Suryabrata, mengemukakan tentang hal yang mendorong seseorang untuk belajar adalah:
a. Adanya sifat ingin tahu menyelediki dunia yang lebih luas.
b. Adanya sifat yang kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk selalu maju.
c. Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang baru (Sumadi Suryabrata, 1991:87).
Sedangkan Abraham Maslow, seorang sarjana dan ketua American Psychology Assosiation, mengemukakan teori tentang kebutuhan yang mendorong seseorang untuk belajar, yaitu: Pshical needs (Kebutuhan fisik), Safety needs (Kebutuhan rasa aman), Love needs (Kebutuhan cinta), Esteem needs (Kebutuhan harga diri) dan Self actualization needs (Kebutuhan aktualisasi diri). Berdasarkan teori ini, Pendidikan Sepanjang Hayat khususnya bagi orang dewasa dan orang tua akan menjadi efektif dalam arti menghasilkan perubahan tingkah laku, apabila isi dan cara belajarnya sesuai dengan kebutuhan yang dirasakan (Coleman, J.S, 1972:431). Hal penting yang perlu diperhatikan ialah bagaimana menyadarkan orang bahwa ia membutuhkan sesuatu seperti digambarkan oleh Maslow dari kebutuhan terendah (fisik) sampai aktualisasi diri. Kesadaran akan kebutuhan tersebut diharapkan bisa mendorong seseorang untuk belajar. Dorongan atau motivasi menurut J.P. Chaplin bermakna alasan yang disadari, yang diberikan individu bagi satu tingkah laku.
Di Indonesia konsepsi Pendidikan Sepanjang Hayat (Life Long Education) mulai dimasyarakatkan melalui kebijaksanaan Negara TAP MPR No. IV/MPR/1973 juncto TAP No. IV/MPR/1978 tentang GBHN yang menetapkan prinsip-prinsip pembangunan Nasional. Adapun konsep-konsep kunci Pendidikan Sepanjang Hayat ada 4 konsep yaitu:
a. Konsep Pendidikan Sepanjang Hayat itu sendiri sebagai suatu konsep, maka Pendidikan Sepanjang Hayat diartikan sebagai tujuan atau ide formal untuk pengorganisasian dan penstrukturan pengalaman-pengalaman pendidikan.
b. Konsep belajar sepanjang hayat; dalam Pendidikan Sepanjang Hayat berarti pelajar belajar karena respon terhadap keinginan yang didasari untuk belajar dan angan-angan pendididkan menyediakan kondisi-kondisi yang membantu belajar.
c. Konsep pelajar sepanjang hayat; pelajar seumur hidup dimaksudkan adalah orang-orang yang sadar tentang diri mereka sebagai pelajar seumur hidup. Melihat belajar baru sebagai cara yang logis untuk mengatasi problema dan terdorong tinggi sekali untuk belajar diseluruh tingkat usia dan menerima tantangan dan perubahan seumur hidup sebagai pemberi kesempatan untuk belajar baru.
d. Kurikulum yang membantu Pendidikan Sepanjang Hayat (Life Long Education); kurikulum dalam hubungan ini didesain atas dasar prinsip pendidikan sepanjang hayat betul-betul telah menghasilkan pelajar seumur hidup yang secara berurutan melaksanakan belajar seumur hidup (Hasbullah, 2008:84-85).
Pendidikan Sepanjang Hayat disebabkan oleh munculnya kebutuhan belajar dan kebutuhan pendidikan yang terus tumbuh dan berkembang selama alur kehidupan manusia, dalam arti belajar tidak ada putus-putusnya. Melalui proses Belajar Sepanjang Hayat inilah manusia mampu:
a. Meningkatkan kualitas kehidupannya secara terus menerus.
b. Mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi serta perkembangan masyarakat yang diakibatkannya, dan budaya untuk menghadapi tantangan masa depan.
c. Mampu mengubah tantangan menjadi peluang.
BERSAMBUNG....
(Rilis/ES)
Tidak ada komentar